Kata
pengantar
Puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Tuhan YME, atas
limpahan rahmat dan hidayahnya kelompok kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum tentang “Mengukur Udara Pernapasan” Laporan ini disusun sebagai salah
satu tugas mata pelajaran BIOLOGI.
Dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth :
1. Ibu ..... selaku kepala sekolah
2. Ibu ...... selaku Guru Mata Pelajaran
3. Ibu ....... selaku yang bertugas di laboratorium
4. Orang
tua kami yang telah membantu baik moral maupun materi
5. Rekan-rekan
satu kelompok dan teman-teman kelas ..... yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan,
bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Bengkulu, 06 Maret 2017
penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
judul………………………..………………...………………………..1
Kata
pengantar..............…………………………………………………………2
Daftar
isi………………..........………………………………………………….3
Bab I
pendahuluan
1.1 latar
belakang……............…………….……………………………………4
1.2 Rumusan
masalah……....…………………………………………………..4
1.3 Tujuan penulisan……………………….…………………………………...4
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................5
Bab II
Pembahasan
2.1 Tinjauan
Pustaka............................................................................................6
2.2 Alat dan
Bahan...............................................................................................9
2.3 Cara
Kerja.....................................................................................................12
Bab III
Hasil Pengamatan
3.1 Tabel Hasil Pengamatan Mengukur Udara
Pernapasan..............................13
Bab IV
penutup
4.1kesimpulan…………………………………………………........................15
4.2saran….……....…………………….....……………....................................15
4.3Lampiran.......................................................................................................16
4.3Lampiran.......................................................................................................16
4.4Daftar Pustaka...............................................................................................18
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Setiap makhluk hidup pasti bernapas.
Bernapas adalah proses memasukkan serta mengeluarkan udara ke dan dari dalam
tubuh. Udara yang dimasukkan itu mengandung oksigen, sedangkan udara yang
dikeluarkan mengandung karbondioksida serta uap air. Oksigen yang masuk
digunakan tubuh untuk melakukan proses respirasi, yaitu proses pemecahan
zat-zat makanan untuk menghasilkan energi. Energi tersebut digunakan makhluk
hidup untuk melakukan seluruh aktivitas kehidupannya. Selain menghasilkan
energi, respirasi juga menghasilkan karbondioksida dan uap air yang akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses bernapas. Pada setiap mahkluk hidup
(manusia dan vertebrta)Dalam pernapasan di lakukan dua tahap :
a. pertukaran gas dari udara luar atau
udara bebas ke dalam sel-sel darah pada jaringan epitel selaput
aveolus.pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan luar atau respirasi
eksternal
b. pertukaran gas daari sel-sel darah
dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh. Pertukaran gas ini di kenal dengan
Pernapasan dalam atau Respirasi internal
Respirasi secara umum merupakan salah satu
gejala fisiologis makhluk hidup untuk memperoleh energi dengan cara
pembongkaran sari makanan melalui pengambilan oksigen (O2) dan pengeluaran
karbondioksida (CO2).
Di dalam praktikum ini, akan dijelaskan
bagaimana pernapasan atau respirasi pada yakni Jangkrik dan Kecambah.
1.2
Rumusan Masalah
Atas dasar penentuan
latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil
perumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana mengukur volume oksigen yang dihirup
jangkrik
2.
Bagaimana hubungan antara berat jangkrik dengan
kebutuhan oksigen?
3.
Bagaimana mengukur respirasi kecambah?
4.
Bagaimana hubungan antara berat kecambah dengan
kebutuhan oksigen?
1.3 Tujuan Masalah
Mengetahui kecepatan respirasi pada
serangga (jangkrik) dan pada tumbuhan (kecambah) Mengetahui pengaruh berat
serangga terhadap laju respirasi.
1.4
Metode
Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi
yang di perlukan, kami mempergunakan teknik studi kepustakaan atau studi
pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media
masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, Internet.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas
makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di sama artikan dengan istilah
Respirasi, walau sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda.
Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas
berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan
udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar. Sedangkan respirasi
(respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan
makanan) di dalam sel guna memperoleh energi.
Pada hewan – hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk
proses pernafasan, yakni berupa paru – paru, insang atau trakea, sementara pada
hewan – hewan tingkat rendah dan tumbuhan proses pertukaran udara tersebut
dilakukan secara langsung dengan difusi melalui permukaan sel–sel tubuhnya.
Dari alat pernafasan, oksigen masih harus di angkut oleh darah atau cairan tubuh
ke seluruh sel tubuh yang membutuhkan. Selanjutnya oksigen tersebut akan
dimanfaatkan untuk oksidasi di dalam sel guna menghasilkan energi.
Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi
hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti
mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan
pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses
pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan
untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi
berupa gas karbon dioksida (CO2) dikelurkan melalui proses pernafasan.
Karena hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak
memiliki alat pernafasan khusus sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan
cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan disamakan dengan istilah
respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak.
Untuk bernafas, hewan-hewan tertentu memiliki alat
pernafasan. Alat-alat pernafasan tersebut berperan dalam proses pemasukan
oksigen dari lingkungan luar ke dalam tubuh serta pengeluaran CO2 dari tubuh
kelingkungan luar. Alat-alat pernafasan pada hewan berbeda-beda sesuai dengan
perkembangan struktur tubuh dan tempat hidupnya. Hewan darat menggunakan
paru-paru untuk bernafas dan pada kelompok burung, paru-paru dilengkapi dengan
kantong udara. Pada katak dewasa selain menggunakan paru-paru juga menggunakan
kulit untuk membantu pernafasan. Hewan yang hidup diperairan (hewan akuatik),
misalnya ikan dan udang mempunyai insang. Serangga umumnya mempunyai alat
perrnafasan berupa trakea dan hewan invertebrata yang lain memiliki organ yang
berbeda pula.
Alat pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat
pemasukan dan alat pengangkutan udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh
tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada
protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara difusi melalui permukaan
tubuh, kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh
pigmen-pigmen darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan
lain, hemoglobin terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang
diproduksi oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi
karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang
bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi
dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 +
6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Oksigen atau zat asam adalah adalah unsur kimia dalam
sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan
golongan unsur kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan semua unsur
lainnya. Pada temperatur standar, dua atom berikatan menjadi dioksigen, yaitu
senyawa gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa,
dan tidak berbau.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
a.
Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang
penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang
rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian
sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan
meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju
respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies
dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal
kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena
jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah
dari oksigen yang tersedia di udara.
b.
Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada
masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan
memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi
akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju
respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada
organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system
trachea yang berfungsi untuk mengengkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh
serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trschea memanjang dan
bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan
tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak
membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang
kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara
masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran
gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh
yang bergerak secara teratur.
Trakea adalah alat pernapasan yang
dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada
lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel.
Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak
berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol
oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga
beristirahat.
Oksigen dari
luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju
pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi
cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan
dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan
dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara
trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan
kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).
2.2
Alat dan Bahan
A. Alat
·
Respirometer sederhana
·
Neraca
·
Pipet Tetes
·
Spatula
B.Bahan
·
Kristal KOH atau NAOH
·
Stempet atau Veselin
·
Eosin
·
Kapas
·
Tisu
·
Serangga (jangkrik)
·
Kecambah
2.3
Cara Kerja :
A. Hewan
1.
Bungkus kristal KOH/NAOH dengan kapas
dan masukkan ke dalam tabung respirometer
2.
Timbang berat tubuh serangga
3.
Masukkan serangga ke dalam tabung
respirometer
4.
Tutup tabung respirometer dengan pipa
kapiler respirometer hingga rapat
5.
Oleskan veselin pada bagian persambungan
antara tabung dengan pipa respirometer
6.
Teteskan eosin pada ujung pipa, amati
pergerakan eosin di dalam pipa
7.
Catat data pergerakan eosin dengan
interval waktu setiap lima menit. Pergerakan eosin menunjukkan jumlah udara
pernapasan serangga dalam satuan waktu yang telah ditentukkan
8.
Jika sudah sepuluh menit, buka pipa
respirometer dan lepaskan serangga ke alam
9.
Ulangi percobaan tersebut mengggunakan
serangga dengan jenis yang sama tetapi memeliki ukuran yang berbeda
10.
Catat datanya ke dalam tabel pengamatan dan
bandingkan dengan data percobaan dari kelompok lain
B.Kecambah
1.
Bungkus kristal KOH/NAOH dengan kapas
dan masukkan ke dalam tabung respirometer
2.
Timbang berat kecambah
3.
Masukkan kecambah ke dalam tabung
respirometer
4.
Tutup tabung respirometer dengan pipa
kapiler respirometer hingga rapat
5.
Oleskan veselin pada bagian persambungan
antara tabung dengan pipa respirometer
6.
Teteskan eosin pada ujung pipa, amati
pergerakan eosin di dalam pipa
7.
Catat data pergerakan eosin dengan
interval waktu setiap lima menit. Pergerakan eosin menunjukkan jumlah respirasi
kecambah dalam satuan waktu yang telah
ditentukkan
8.
Jika sudah sepuluh menit, buka pipa
respirometer dan buang kecambah
9.
Ulangi percobaan tersebut mengggunakan
kecambah dengan jenis yang sama tetapi memeliki ukuran yang berbeda
10.
Catat datanya ke dalam tabel pengamatan dan
bandingkan dengan data percobaan dari kelompok lain
BAB 3
HASIL
PENGAMATAN
Adapun tabel dan grafik hasil pengamatan menukur
udara pernapasan:
A. Hewan
No
|
Berat
hewan
|
2
Menit
|
4
Menit
|
6
Menit
|
8
Menit
|
10
Menit
|
Rata
rata
|
1
|
1,6
gram
|
0,5
|
0,18
|
0,32
|
0,48
|
0,63
|
0,33
|
2
|
2,6
gram
|
0,2
|
0,35
|
0,51
|
0,59
|
0,75
|
0,48
|
3
|
3,2
gram
|
0,26
|
0,37
|
0,45
|
1.00
|
-
|
0,50
|
B. Kecambah
No
|
Berat kecambah
|
5 Menit
|
5 Menit
|
5 Menit
|
5Menit
|
Rata rata
|
1
|
3 gram
|
0.04ml
|
0,08 ml
|
0,10 ml
|
0,12 ml
|
0.8
|
2
|
4 gram
|
0,05 ml
|
0,10 ml
|
0,13 ml
|
0,15 ml
|
0.10
|
3
|
6 gram
|
0,10 ml
|
0,15 ml
|
0,2 ml
|
0,25 ml
|
0.17
|
BAB
4
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada proses respirasi menghasilkan karbondioksida (CO2), uap air
(H2O) dan sejumlah energi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
respirasi adalah berat tubuh, kegiatan tubuh dan suhu tubuh.
Bedasarkan hasil pengamatan dan pembahasan
dapat di tarik kesimpulan bahwa KOH dapat membantu mempercepat proses
pernapasan pada belalang, dan terdapat hubungan antara berat (ukuran/besar)
serangga dengan kecepatan pernafasannya, semakin berat (besar) tubuh belalang
maka semakin banyak oksigen yang di butuhkan sehingga semakin cepat
pernapasannya. Sebaliknya, Semakin ringan berat serangga (ukurannya kecil) maka
makin sedikit pula oksigen yang ia butuhkan sehingga semakin lambat
pernapasannya. Begitu pula dengan aktifitas belalang tersebut, juga
mempengaruhi kebutuhan oksigen.
B.
SARAN
Cara
mengambil kristal KOH sebaiknya dengan menggunakan tangan yang kering (tidak basah/lembab)
serta akan lebh baik apabila menggunakan alat seperti pinset atau semacamnya.
Serangga (Jangkrik/belalang) yang digunakan harus memiliki tubuh yang sempurnah
(tidak pincang dan kurang salah satu anggota tubuhnya)
Sebaiknya teliti dalam menggunakan waktu (stopwatch/jam).
LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
Comments
Post a Comment