TUGAS
BAHASA INDONESIA MEMBUAT CERPEN
BAHASA INDONESIA MEMBUAT CERPEN
DISUSUN
O
L
E
H
Nada Nabilah
XI IPS A
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU
Tahun Ajaran 2015/2016
MALAIKAT SERATUS HARI
“Hei,,
hei model sosmed kita otw jemput lu 10
menit lagi nyampe. Awas elu kalo tidur lagi bhayy” klik. Sambungan telfon
ditutup begitu saja oleh Tania. Tania adalah salah satu teman Melisa, selain
itu juga ada patricia dan cathrin. Bisa dibilang mereka adalah ratu disekolah,
bahkan banyak anak lain yang iri berusaha memecahkan mereka. Tapi tak ada
satupun yang berhasil.
Seperti kata Tania, mereka tiba
dalam 10 menit. Lalu dengan kerasnya , mereka membunyikan klakson berkali-kali
sampai-sampai mbok iin dan pembantu kompleks yang sedang berbelanja tekejut.
Memang dasar nenek sihir mereka, umpat Melisa dalam hati. Padahal Meli sedang
meminum susu panas, tapi tumpah lantaran bunyi klakson mobil mereka. Ditambah
lagi ponsel Meli diatas meja yang terus berdering.
“sarap banget sih mereka. Turun dari
mobil bentar kek” omel Meli sambil membersihkan tangannya yang terkena tumpahan
susu.
“Damnn!! Eh nenek sihir normal dikit
bisa ga?” Meli membuka pintu mobil sambil mencak-mencak.
“surprisee....!!! tadaaa!! Happy
Birthday Ratu model Sosmed” kejut tania,
pet, dan cat sambil memegang kue
“oh my god, gila lu semua. Makasih
banget nenek sihirnya gue”
“udah , tiup lilin langsung deh.
Pengen makan gue” ceplos pat .
Dalam
make wish Meli berharap ada seorang malaikat yang selalu menjaganya jika jatuh
suatu saat nanti. Setelah selesai mereka membuang sampah sembarangan hingga
mengenai Lisa anak tukang bakso kantin. Bukannya berinisiatif meminta maaf
mereka bahkan menghina Lisa.
Selama seharian penuh Meli
bersenang-senang hingga larut malam. Tiba dirumah dia melihat seorang yang
terbaring lemah tertutupi kain putih, dan bundanya duduk dengan berderaian air
mata. Kejadian itu sanagat membuatnya terpuruk dan hancur, kado ulang tahun
yang diterimanya itu bagaikan mimpi yang membuatnya jatuh didalam kedalaman
sumur kelam. Bahkan untuk sekedar berakting bahagia yang menjadi kebiasaanya
saja tak mampu ia lakukan.
Berbagai
artikel mulai bermunculan tentang tragedi meninggal ayahnya karna jatuh bangkut
dan terlilit hutang milyaran rupiah. Makin dalam saja sumur yang ia masuki,
bahkan satu per satu orang yang dekat dengannya mulai pergi tanpa alasan. Tak
sedikit orang yang menghujat dia dan bundanya. Keadaan semakin hari makin
memburuk, bundanya menjadi seorang yang di ambang kegilaan. Hanya bisa duduk
merenung, terkadang tertawa bahkan menghancurkan barang di kamar yang luasnya
bahkan jauh jika dibandingkan dengan kamar mandi di rumahnya yang dulu.
Beruntung mbok yem wanita tua yang tertumbuhi banyak keriput diwajahnya tetap
setia mendampingi walau tak di gaji sekalipun. Hari-hari sunyi dengan mata yang
bengkak terus berlanjut, Meli akhirnya memberanikan diri bersekolah kembali
dengan sepeda butut yang didapat dari hasil menjual barang-barang
kesayangannya. Semua orang menatapnya aneh, ratu yang digilai dan ditakuti
banyak orang berubah jadi setengah gila dalam sekejap.
Kringg!!!
Bel yang biasanya jadi bel istirahat berubah jadi bel pulang sekolah, seluruh
anak pulang keriangan. Tapi tidak dengan Meli “aghh,,, sial segitu benci mereka
atas sikap gue dulu. Sampe-sampe ban sepeda gue di copotin. Bisa gila beneran
gue lama-lama gini”
“hahaha,,,!
yang bagus ya neng bawa sepedanya. Nih kita siramin air biar gak kehausan. yuk
capcuss gengs” ejek patricia.
Tak
hanya itu perlakuan buruk yang didapat Meli, kadang mereka sering memasang
jebakan dipintu kelas. Jikalau Meli lewat tertumpahlah berbagai saos, kecap,
gandum ditubuhnya. Bahkan ia tak mampu berbuat apapun hanya bisa berlari dan
menangis itu ruang ganti sekolah. Terkdang dia sering di tegur guru karna
melakukan kesalahan yang tak pernah diperbuatnya. Berturut – turut seperti
itulah kehidupan Meli sekarang selalu dikerjai dan dimarahi oleh guru. Pernah
terlintas di fikirannya untuk sekedar pergi dan bersembunyi disebuah tempat.
Sampai pada puncaknya
“Hei
guyss,, ini nih model sekolah kita yang katanya OMB (orang miskin baru). Yang
bundanya stres dan sekarang jadi anak mbok Hahaha!!” teriak Tania didepan anak
satu sekolahan. Apasih mau nih anak? gerutu meli dalam hati geram. Ingin rasanya
dia bangkit dan marah, tapi apa daya Meli benar-benar tak berdaya. Tiba-tiba
seorang pria misterius bermasker datang dan menarik tangan Meli dari kerumunan
anak sekolahan yang terus-terus mengejeknya dan melemparinya dengan tomat,
gandum bahkan air meneral.
“Ehh,, lepasin deh tangan gue sakit! Uhh,,”
“gak tau makasih yah, udah dibantuin juga. Bodoh banget lu milih diam di hujat segitu banyak orang”
“buat apa gue bantah, yang mereka bilang itu bener. Lagian elu siapa sih, kok gue ga pernah liat ya ato jangan-jangan lu mata-mata ya?. Pake-pake masker segala sok bersih ih, pink lagi maskernya. Hahaha”
“gak tau makasih yah, udah dibantuin juga. Bodoh banget lu milih diam di hujat segitu banyak orang”
“buat apa gue bantah, yang mereka bilang itu bener. Lagian elu siapa sih, kok gue ga pernah liat ya ato jangan-jangan lu mata-mata ya?. Pake-pake masker segala sok bersih ih, pink lagi maskernya. Hahaha”
“hei,,hei masker man kok pergi? gue Cuma
main-main tadi yaelah baperan amat tuh orang”.
Dengan
rambutnya yang acak-acakan seperti setengah gila kaki Meli melangkah ke sebuah ruang piano. Dia memainkan piano
sesuka hatinya untuk melampiaskan kekesalan, hal itu membuat Lala yang tak
sengaja lewat jadi penasaran. Dengan perlahan Lala membuka pintu dan melihat
seseorang dengan keadaannya seperti hantu dengan rambut panjang acak-acakan
yang menutupi wajahnya. “aaaaa” teriak lala ketakutan sambil menutup wajahnya,
namun tiba-tiba seseorang itu berlari dan memeluk Lala sambil menangis.
“Lak,,
gue butuh temen. Gue sadar gue terlalu sombong dan jahat apalagi sama elu, kalo
ada kesepatan gue pengen banget buat berubah. AAAA gue pengen bunuh diri!!.”
Lala memegang tangan Meli erat dan mengajak Meli ke kantin dan pergi sebentar
membelikannya minuman.
“mel,,?
lah kemana tuh anak?” dengan sigap Lala berlari melewati tangga, karna ia
berfikir Meli akan bunuh diri. Benar saja, di roftoof gedung Meli sudah berdiri
seakan ingin lompat.
“stop
mel,, gue mohon. Lu bilang butuh temen
kan? gue siap kok. Yah walaupun gue Cuma
seorang anak penjual bakso kantin, dan gak gaul-gaul amat.” sambil berjalan
langkah demi langkah sambil berharap ada sebuah keajaiban yang merubah pikiran
Meli.
“udah
lah lak, gue capek hidup. Dan stop jalan, gausah jadi malaikat penolong gue.” Meski
Meli sempat terharu akan kalimat manis dari Lala akan tetapi karas otaknya
melebihi batu marmer yang kuat.
Langkah
kaki terus terdengar, “Hei,, stuppid girl. Lu bunuh diri gini ga bakal buat
ratusan orang di bawah sana sedih seakan kehilangan matahari yang bersinar
terang. Tapi mereka bakal ketawa abis-abisan di depan jasad lu. Kenapa? Karna
mereka ngeliat matahari yang padam hanya karna hujatan. Lu harus nunjukin kalo
lu itu bisa. Jangan Cuma bisa nangis di kamar ganti.”
Dengan
rasa takut , Meli menyodongkan kepalanya kebawah melihat ratusan orang yang
siap tertawa meununggu kematiannya. Meli menangis tertegun atas sikap bodohnya
itu, dengan sigap masker man menarik tangan Meli dan memeluknya erat.
***
Entah
kebetulan atau memang takdir, Meli bertabrakan dengan masker man ketika dia
keluar malam untuk sekedar mencari sedikit ruang untuknya bernafas lega. Terdiam
heran sejenak, selalu bertemu dengan masker man. Dia berusaha untuk mencairkan
ketegangan dengan spontan Meli sedikit menggombali masker man. Gombalan itu
sama sekali tak berpengaruh malah semakin membuat maker man menatapnya
tajam. Meli berfikir keras apa lagi yang
bisa mencairkan suasana.
“ga
usah mikir gimana cairin suasana. Mending duduk pesen makan, gue traktir deh”
dengan wajah datar Meli mengikuti masker man, dan terus berfikir mengapa dia
bisa tau apa yang difikirkannya. Tapi Meli tak memusingkannya setelah melihat
banyak gambar makanan yang tesedia di menu. Meli kembali berfikir memesan
makanan sebanyak-banyaknya agar masker man tidak mampu membayar.
“udah
makan aja tuh makanan ga usah mikir ngerjain gue sama curigaan gitu” celetuknya
yang melihat meli hanya diam melihat banyak makanan yang ada di depannya.
“eh
siapa sih lu sebenarnya, semua yang gue fikirin lu tau?” tanya Meli sambil
melahap habis makanan didepannya.
“denger
baik-baik yaa. Gue itu malaikat yang diturunkan secara spesial karna ada
seorang putri yang meminta . tapi sayangnya Cuma buat 100 hari doang”
“ha?
Huk,,hukk ah ngelawak lu” tersedak seketika Meli “eh hati-hati kalo makan gak
usah gerogi gitu liat malaikat secakep gue”. Pd banget nih cowok idih, yaudalah
yang penting gue dapet traktiran malem ini. Ucap meli bahagia dalam hatinya.
Selama
mereka makan, Meli terus saja bercerita tentang kehidupannya yang seperti roda
mobil dengan kecepatan 190km/jam. Tak jarang masker man juga memberikannya berbagai
motivasi kehidupan dalam bentuk candaan. Semenjak itu, Meli mulai kembali
menemui sedikit demi sedikit gairah hidupnya.
***
“Non Meli..?” panggil bibik dengan
lembut dan bersahaja
“iya
bik?” Meli mengaharapkan bibik tidak menegurnya tentang peristiwa bodoh yang
terjadi disekolahnya tadi. “ada apa ya bik?” wajah Meli terlihat sedikit tegang
dengan pandangan yang terunduk dan jantung yang deg-degan. “bantuin bibik buat
kue yuk. Itupun kalau non ga males”. Lega seketika perasaaan Meli dalam
hatinya.
“Eitss,
Meli mau kok bik. Bagaimana kalau besok kuenya Meli jual di sekolah bik.?”
Tawar Meli senyum-senyum. “gausah ah, nanti non meli yang cantik ini malu.”
Ucap mbok sedikit menggoda. “loh, kenapa mesti malu bik, meli kan jualan
bukannya maling, kalo Meli catwalk sambil bugil itu baru malu. lagian jualan
kue juga halalkan. Jadi ga ada alasan Meli buat malu. Ayok buat bik.” entah
setan apa yang telah merasukinya saat itu . yang jelas berkat perkataanya
seketika air mata bibik jatuh karna terharu akan ucapan anak majikannya itu.
“andai tuan masih hidup dan nyonya sehat pasti mereka bangga dengan non Meli yang
telah berubah sekarang” ucap bibik haru dalam hatinya.
Setelah
membuat kue tak lupa Meli melihat keadaan bundanya teridur lelap yang belum ada perubahan juga. Ia melihat
bundnya memegangi foto ayah dan dirinya, kembali meneteslah air mata itu. Namun
Meli bergegas kembali ke kamarnya dengan
serius ia mulai membaca buku-buku pelajarannya yang begitu mulus, karna tak
pernah dibaca sekalipun. Bahkan hingga jam menunjuk ke angka tiga Meli bukan
tidur tapi sholat tahajud dan mengaji. Sungguh hal yang perubahan yang sangat
drastis.
Begitu semangat Meli pagi itu, entah
hantu apa lagi kali ini yang merasukinya. Disekolah Meli pergi seperti biasa
yang membedakan hanya membawa sebakul rantang yang berisikan kue penyambung
kehidupan. Semua orang memperhatikan Meli membawa rantang itu. Tapi dia
mengacuhkan semua seakan tidak ada orang. Sebelum ke kelas Meli memilih ke
kantin, bukan untuk jajan menghabiskan uang. Tapi melihat sahabat barunya Lala.
“hei,, sahabat baruku. Apa kabarmu
hari ini? Btw nanti bantuin aku jualan ya” ucap meli mencairkan suasana yang
sedikit canggung dengan menepuk-nepuk kecil punggung Lala. “hah?Ga salah denger
nih gue? Kerasukan setan apa lu mel, mau jualan bawa rantang lagi?” tanya Lala
terheran-heran dengan sahabat barunya yang sangat berubah dratis. Meli tidak
menjawab dan menarik tangan sahabatnya untuk masuk ke kelas.
“eh, mel hari ini ulangan loh. Udah
belajar belum?” tanya Lala dengan nada memperingatkan “ih,,” belum sempat
menajawab wanita tua berjilbab masuk dengan tiba-tiba dengan membawa spidol
yang siap untuk menjadi perantara tulisan ilmu dan penggaris sebagai perantara
rasa sakit bagi siswa yang nakal.
“oke, kelurakan kertas selembar,
handpone letakan diatas meja saya, berani nyontek kertas ulangan kalian
berakhir di kotak sampah” tegas guru killer tua tersebut. “kali ini pasti
kertas Meli lagi yang di sobek dan dimarahi” bisik-bisik anak satu kelasnya.
“udah mel gak usah di dengerin. Optimis!” ucap Lala menyemangati.
Berbagai cara dilakukan tania, pat dan cat untuk
menjebak Meli lagi dalam ulangan kali ini. Tapi sayangnya semua gagal total
karna pertolongan dari masker man. Dan Meli menjadi siswa pertama yang
menyelesaikan ulangan hari itu dengan nilai 100. Malah tania,pat dan cat
terjebak dalam permainanya sendiri.
“patria,cathrin, tania maju
sekarang!!” tegas ibu killer tersebut sambil memegangi penggaris.
“lah kenapa buk?” tanya Cathrin
dengan nada sombongnya
“pake nanya lagi, ibu sudah tau sekarang
seorang pria ber makser yang menceritakannya. Kalian kan dalang yang selalu
menjebak Meli hingga membuatnya selalu dihukum. Sekarang untuk memberitahu
kalian kalau karma itu ada, kalian bersihkan wc sekolah samapai bersih! Ayo
cepat sekarang, atau penggaris ini yang akan menyelesaikan”. Mereka bertiga
berlari ketakutan dan memebersihkan wc sambil menyalahkan satu sama lain. Dan
akhirnya bertengkar hebat.
Kringgg....!!! bel pertanda jam
istirahat berbunyi. Ini saatnya Lala dan Meli berjualan kue di kantin. 5 menit
berlalu tetap saja jualan Meli tak ada yang membeli. Samapai masker man datang
dan membawa rantang kue tersebut tanpa izin. “eh masker man pencuriii balikin
jualan guee.!” Teriak Meli sambil berlarian ditengah lapangan menegjar
maskerman. “eh model sosmed, lihat baik-baik dan jangan terkejut. Ayo ayo semua
kesini beli kue Meli, beli kue ini gratis foto sama gue sepuasnya.” Promosi
masker man, sambil membuka maskernya. Benar saja wajah masker man memang terlihat
seperti malaikat. Berbondong-bondong anak perempuan satu sekolahan membeli kue
Meli. Dan masker man sibuk dengan menjadi model gratisan sehari. Berkat masker man juaan Meli habis ludes, semenjak
Meli berjualan banyak artikel yang muncul membicarakan dirinya.
“damn!! Ngelamun aja nih malaikat satu.” Kejut
Meli Sambil duduk dan memberikan kaleng minuman saat pulang sekolah, sebagai
tanda terima kasihnya.
“eh elu mel gak pulang?, capek
banget gue nih ngelayanin tu cewek-cewek minta foto. Elu mah enak jualan ludes,
gue yang nanggung.” Ucapnya dengan nada capuran bercanda dan kesal. “udah ah,
gak usah sok ngeluh, bilang aja pengen nambah lagi” kata lala sambil menepuk
halus punggung masker man. “ eh kok pake masker lagi sih, kece lagi kalo lepas.
Gue aja sampe kelepek-kelepek hahaha” ucap Meli sambil mencoba membuka masker
masker man. Disambut tangan masker man yang juga memegangi tangan Melisa,
mereka hanya saling berpandangan seakan orang yang jatuh cinta. “damn!! Hayooo
lagi ngapain?” kejut Lala sambil menepuk
bahu kedua temannya. “apaan sih la? Yaudah kita pulang yuk. Makasih ya sekali
lagi” Melisa terlihat sangat canggung dan salah tingkah saat itu. Dia pulang
dengan wajah yang memerah seperti kepiting rebus ditambah Lala terua
menggodanya sepanjang jalan pulang.
Setibanya dirumah, ada sebuah mobil
mewah yang terparkir jelas di depan rumahnya. Ternyata itu mobil pak Punjabi seorang produser terkenal yang
mengajak Meli untuk bekerja sama dalam sebuah produksi film.
Betapa
senang Meli saat itu, tetapi ia memillih untuk berdiskusi dahulu “gimana bik?
Terima enggak? Nanti yang bantu bibik ngurus bunda siapa?” tanpa bibik
menjawab, bunda Meli keluar dari kamarnya dan menandatangani surat kontrak itu.
Sungguh keajaiban yang tak disangka, bunda Meli mulai menemui keikhlasannya dan
berangsur sembuh. Suasana haru bahagia menyelimuti seketika.
***
“cie
udah jadi artis sekarang, masuk 3 nominasi sekaligus dalam festival film” ejek
Lala bahagia “ih apaan sih lak, masih anak bawang gue mah. Masih banyak pemain
film yang lebih baik dan berbakat dari aku” ucap Meli sedikit merendah.
“eh ngomong-ngomong ke
festival film ntar ngajakin siapa? Gue ya hehe?
“hm males ah ngajakin lu, ntar banyak yang ngajakin main film lagi kalah tenar gue wkwk. Ajak siapa ya? Bingung gue”
“hm males ah ngajakin lu, ntar banyak yang ngajakin main film lagi kalah tenar gue wkwk. Ajak siapa ya? Bingung gue”
“gimana
ajak masker man lu aja. Dia mau pasti, temuin aja sekarang tadi gue liat dia
lagi di bawah batang deket rumah lama lu. Temuin aja” klik bunyi telfon
langsung dimatikan oleh lala. Malu-malu tapi mau, Meli menyusuri jalan menuju
rumah lamanya. Dengan trik klasik Meli berpura-pura tabrakan dengan masker agar
dapat memulai pembicaraan.
“a,,,hmm,, gue mau
minta tolong nih?’ ucap Meli begitu gugupnya.
“eits, gue udah tau. Maaf gue sibuk minta temenin yang lain aja” ucap masker man dengan datarnya sambil beranjak pergi dan tersenyum kecil. “dasar nih cowok, nolak pergi sama aktris kayak gue” ucapnya geram dalam hati. “eh,, lu cowok jual mahal kok bisa tau apa yang gue pengen? Apa lu bener-bener mata-mata?”
“eits, gue udah tau. Maaf gue sibuk minta temenin yang lain aja” ucap masker man dengan datarnya sambil beranjak pergi dan tersenyum kecil. “dasar nih cowok, nolak pergi sama aktris kayak gue” ucapnya geram dalam hati. “eh,, lu cowok jual mahal kok bisa tau apa yang gue pengen? Apa lu bener-bener mata-mata?”
“udah gue bilang gue
itu malaikat“ teriak masker man sambil terus berjalan.
Ketika malam festival
itu, masker man diingatkan oleh
seseorang jikalau waktunya dibumi menjadi seorang malaikat habis tengah malam
nanti tepat jam 12 malam.
“tok,,,tokk,,, Mel kelur,, lu bilang mau ke festival film
bareng gue?”masker man mengetuk pintu berkali-kali karna tak ingin kesempatan
terakhirnya.
“bentar bentar?” ucap Meli sambil membuka pintu.
“omg masker man, yaudah ayok gue udah siap.” Sambil memberikan tangannya agar digandeng “yaudah ayok” langsung berjalan dan mnegabaikan tangan Meli “heiii,,, masker man kaku banget sih lu gandengan kek!” masker man tetap berjalan tak menghiraukan sama sekali, dengan wajah kesal Meli tetap berjalan juga mau tak mau, dari pada tidak ada pasangan pergi kesana.
“bentar bentar?” ucap Meli sambil membuka pintu.
“omg masker man, yaudah ayok gue udah siap.” Sambil memberikan tangannya agar digandeng “yaudah ayok” langsung berjalan dan mnegabaikan tangan Meli “heiii,,, masker man kaku banget sih lu gandengan kek!” masker man tetap berjalan tak menghiraukan sama sekali, dengan wajah kesal Meli tetap berjalan juga mau tak mau, dari pada tidak ada pasangan pergi kesana.
Setibanya di tempat festival
film masker man melakukan hal yang begitu romantis yang belum pernah dilakukan
sebelumnya. Dalam festival itu Meli memenangkan 3 festival sekligus. Dalam patah kata yang disampaikannya hadirlah
bunda dan bibinya dari belakang paggung hal itu membuat hampir seluruh tamu
undangan menangis. Karna kisah hidup Meli yang begitu menyentuh, seorang
penulis berniat menjadikannya sebuah buku.
Selesai acara Masker
man menarik Meli ke dalam mobilnya dan mengajak meli mengahbiskan beberapa jam
waktu yang tersisa.
“Mel ini hari terakhir
gue ada di sisi lu, jadi lakuin ungkapin apa aja yang lu pengen” ucapnya sambil
menatap Meli dengan penuh arti. Saat mereka disebuah rooftof gedung masker man,
mengungap semua rahasianya.
“ah, apaan sih lu mau
kemana mati lu?” ucap Meli tak mempercayaiucapan masker man. “ denger baik baik
ya Mel gue itu malaikat yang diturunin buat negelindungin lu dalam 100 hari sesauai make wish lu pas ulang
tahun kemarin. Inget ga?”
Terdiam sejenak Meli
sambil mengingat-ingat kejadian itu. “beneran masker man? Apa aku bisa
mempercayaimu saat ini”
“bener
mel, sekarang waktu gue tinggal beberapa menit. Sebelum itu berakhir gue pengen
ngungkapin kalo gue sayang sama lu. Makasih buat semua, jangan pernah berubah.
Terus berkarnya” ucap masker man sambil memegang tangan Meli erat. Menetes
seketika air mata Meli. Meli tak mampu berkata-kata, masker man hanya memeluk
tubuh Meli erat “jangan lepaskan pelukan ini. Jika kamu lepaskan aku
benar-benar tidak akan kembali. Sekarangapa yang akan kamu lakukan?” Meli tak
bergerak dari pelukan masker man. “ kalau begitu ini waktunya. Ingat terus saat
ini dan perhatikan baik-baik” dengan sekejap masker man menghilang begitu saja
dari pelukan Meli. Duduk dan tertunduk sejenak Meli, dengan air mata yang
berlingan dan air hujan yang terus berjatuhan menguyur tubuhnya. Malam itu
malam yang paling dibenci olehnya, kehilangan seseorang yang dicintainya.
Bahkan dia tak sempat mengatakan perasaan dan menegerahui nama aslinya.
Selepas
kejadian itu Meli tetap menjalani kehidupannya seperti biasa bersama bibik dan
bundanya yang dinyatakan sehat, juga telah kembali terjuan dalam dunia bisnis
yang menguntungkan. Meli juga terus
menyimpan semua kenangan bersama masker man. Meli semakin maju dan semakin
banyak berkarya, Dia telah menyelesaikan
sekolahnya dengan nilai terbaik. Buku tentang kisah hidupnya juga
menjadi best seller dan digemari banyak orang. Bahkan dalam proses menjadi
sebuah film.
“Dia
benar malaikat untuk seratus hari yang berhasil mengubah hidupku dan hatiku”
ucap Meli di tempat terakhir ia bertemu masker man.
-----TAMAT-----
SINOPSIS CERPEN:
Cerpen
ini berisikan kejatuhan seorang remaja yang bernama Meli. Dihari ulang tahunnya
dia membuat permohonan seorang malaikat saat kejatuhannya. Namun yang terjadi
malah ayahnya meninggal karna kebangkrutan, bundanya menjadi gila karna itu.
Teman-teman bermainnya juga menjauh. Tinggal di rumah kecil yang seukuran kamar
mandi rumahnya dulu. Disekolah pun Meli dibully dan dikerjai selalu oleh
temannya. Namun semua berubah seketika ketikaseorang malaikat datang dan
merubah semua kehidupannya dalam 100 hari. Tetapi malaikat yang Meli cintai
harus kembali karna tugasnya selesai. Disitulah Meli berani untuk tidak
terpuruk lagi dan terus melangkah maju.
upload by : Nada Nabilah
Instagram : @Nadanabilahh_
Ask.fm : @Nada2905
Comments
Post a Comment