cerpen singkat || Malaikat Seratus Hari || penulisamatir



TUGAS
BAHASA INDONESIA MEMBUAT CERPEN

DISUSUN
O
L
E
H
Nada Nabilah
XI IPS A

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU
Tahun Ajaran 2015/2016

MALAIKAT SERATUS HARI
“Hei,, hei  model sosmed kita otw jemput lu 10 menit lagi nyampe. Awas elu kalo tidur lagi bhayy” klik. Sambungan telfon ditutup begitu saja oleh Tania. Tania adalah salah satu teman Melisa, selain itu juga ada patricia dan cathrin. Bisa dibilang mereka adalah ratu disekolah, bahkan banyak anak lain yang iri berusaha memecahkan mereka. Tapi tak ada satupun yang berhasil.
            Seperti kata Tania, mereka tiba dalam 10 menit. Lalu dengan kerasnya , mereka membunyikan klakson berkali-kali sampai-sampai mbok iin dan pembantu kompleks yang sedang berbelanja tekejut. Memang dasar nenek sihir mereka, umpat Melisa dalam hati. Padahal Meli sedang meminum susu panas, tapi tumpah lantaran bunyi klakson mobil mereka. Ditambah lagi ponsel Meli diatas meja yang terus berdering.
            “sarap banget sih mereka. Turun dari mobil bentar kek” omel Meli sambil membersihkan tangannya yang terkena tumpahan susu.
            “Damnn!! Eh nenek sihir normal dikit bisa ga?” Meli membuka pintu mobil sambil mencak-mencak.
            “surprisee....!!! tadaaa!! Happy Birthday Ratu model  Sosmed” kejut tania, pet, dan cat sambil memegang kue
            “oh my god, gila lu semua. Makasih banget nenek sihirnya gue”
            “udah , tiup lilin langsung deh. Pengen makan gue” ceplos pat .
Dalam make wish Meli berharap ada seorang malaikat yang selalu menjaganya jika jatuh suatu saat nanti. Setelah selesai mereka membuang sampah sembarangan hingga mengenai Lisa anak tukang bakso kantin. Bukannya berinisiatif meminta maaf mereka bahkan menghina Lisa.
            Selama seharian penuh Meli bersenang-senang hingga larut malam. Tiba dirumah dia melihat seorang yang terbaring lemah tertutupi kain putih, dan bundanya duduk dengan berderaian air mata. Kejadian itu sanagat membuatnya terpuruk dan hancur, kado ulang tahun yang diterimanya itu bagaikan mimpi yang membuatnya jatuh didalam kedalaman sumur kelam. Bahkan untuk sekedar berakting bahagia yang menjadi kebiasaanya saja tak mampu ia lakukan.
Berbagai artikel mulai bermunculan tentang tragedi meninggal ayahnya karna jatuh bangkut dan terlilit hutang milyaran rupiah. Makin dalam saja sumur yang ia masuki, bahkan satu per satu orang yang dekat dengannya mulai pergi tanpa alasan. Tak sedikit orang yang menghujat dia dan bundanya. Keadaan semakin hari makin memburuk, bundanya menjadi seorang yang di ambang kegilaan. Hanya bisa duduk merenung, terkadang tertawa bahkan menghancurkan barang di kamar yang luasnya bahkan jauh jika dibandingkan dengan kamar mandi di rumahnya yang dulu. Beruntung mbok yem wanita tua yang tertumbuhi banyak keriput diwajahnya tetap setia mendampingi walau tak di gaji sekalipun. Hari-hari sunyi dengan mata yang bengkak terus berlanjut, Meli akhirnya memberanikan diri bersekolah kembali dengan sepeda butut yang didapat dari hasil menjual barang-barang kesayangannya. Semua orang menatapnya aneh, ratu yang digilai dan ditakuti banyak orang berubah jadi setengah gila dalam sekejap.
Kringg!!! Bel yang biasanya jadi bel istirahat berubah jadi bel pulang sekolah, seluruh anak pulang keriangan. Tapi tidak dengan Meli “aghh,,, sial segitu benci mereka atas sikap gue dulu. Sampe-sampe ban sepeda gue di copotin. Bisa gila beneran gue lama-lama gini”
“hahaha,,,! yang bagus ya neng bawa sepedanya. Nih kita siramin air biar gak kehausan. yuk capcuss gengs” ejek patricia.
Tak hanya itu perlakuan buruk yang didapat Meli, kadang mereka sering memasang jebakan dipintu kelas. Jikalau Meli lewat tertumpahlah berbagai saos, kecap, gandum ditubuhnya. Bahkan ia tak mampu berbuat apapun hanya bisa berlari dan menangis itu ruang ganti sekolah. Terkdang dia sering di tegur guru karna melakukan kesalahan yang tak pernah diperbuatnya. Berturut – turut seperti itulah kehidupan Meli sekarang selalu dikerjai dan dimarahi oleh guru. Pernah terlintas di fikirannya untuk sekedar pergi dan bersembunyi disebuah tempat. Sampai pada puncaknya
“Hei guyss,, ini nih model sekolah kita yang katanya OMB (orang miskin baru). Yang bundanya stres dan sekarang jadi anak mbok Hahaha!!” teriak Tania didepan anak satu sekolahan. Apasih mau nih anak? gerutu meli dalam hati geram. Ingin rasanya dia bangkit dan marah, tapi apa daya Meli benar-benar tak berdaya. Tiba-tiba seorang pria misterius bermasker datang dan menarik tangan Meli dari kerumunan anak sekolahan yang terus-terus mengejeknya dan melemparinya dengan tomat, gandum bahkan air meneral.
            “Ehh,, lepasin deh tangan gue sakit! Uhh,,”
            “gak tau makasih yah, udah dibantuin juga. Bodoh banget lu milih diam di hujat segitu banyak orang”
            “buat apa gue bantah, yang mereka bilang itu bener. Lagian elu siapa sih, kok gue ga pernah liat ya ato jangan-jangan lu mata-mata ya?. Pake-pake masker segala sok bersih ih, pink lagi maskernya. Hahaha”
             “hei,,hei masker man kok pergi? gue Cuma main-main tadi yaelah baperan amat tuh orang”.
Dengan rambutnya yang acak-acakan seperti setengah gila kaki Meli melangkah ke  sebuah ruang piano. Dia memainkan piano sesuka hatinya untuk melampiaskan kekesalan, hal itu membuat Lala yang tak sengaja lewat jadi penasaran. Dengan perlahan Lala membuka pintu dan melihat seseorang dengan keadaannya seperti hantu dengan rambut panjang acak-acakan yang menutupi wajahnya. “aaaaa” teriak lala ketakutan sambil menutup wajahnya, namun tiba-tiba seseorang itu berlari dan memeluk Lala sambil menangis.
“Lak,, gue butuh temen. Gue sadar gue terlalu sombong dan jahat apalagi sama elu, kalo ada kesepatan gue pengen banget buat berubah. AAAA gue pengen bunuh diri!!.” Lala memegang tangan Meli erat dan mengajak Meli ke kantin dan pergi sebentar membelikannya minuman.
“mel,,? lah kemana tuh anak?” dengan sigap Lala berlari melewati tangga, karna ia berfikir Meli akan bunuh diri. Benar saja, di roftoof gedung Meli sudah berdiri seakan ingin lompat.
“stop mel,,  gue mohon. Lu bilang butuh temen kan? gue siap kok. Yah walaupun gue  Cuma seorang anak penjual bakso kantin, dan gak gaul-gaul amat.” sambil berjalan langkah demi langkah sambil berharap ada sebuah keajaiban yang merubah pikiran Meli.
“udah lah lak, gue capek hidup. Dan stop jalan, gausah jadi malaikat penolong gue.” Meski Meli sempat terharu akan kalimat manis dari Lala akan tetapi karas otaknya melebihi batu marmer yang kuat.
Langkah kaki terus terdengar, “Hei,, stuppid girl. Lu bunuh diri gini ga bakal buat ratusan orang di bawah sana sedih seakan kehilangan matahari yang bersinar terang. Tapi mereka bakal ketawa abis-abisan di depan jasad lu. Kenapa? Karna mereka ngeliat matahari yang padam hanya karna hujatan. Lu harus nunjukin kalo lu itu bisa. Jangan Cuma bisa nangis di kamar ganti.”
Dengan rasa takut , Meli menyodongkan kepalanya kebawah melihat ratusan orang yang siap tertawa meununggu kematiannya. Meli menangis tertegun atas sikap bodohnya itu, dengan sigap masker man menarik tangan Meli dan memeluknya erat.
***
Entah kebetulan atau memang takdir, Meli bertabrakan dengan masker man ketika dia keluar malam untuk sekedar mencari sedikit ruang untuknya bernafas lega. Terdiam heran sejenak, selalu bertemu dengan masker man. Dia berusaha untuk mencairkan ketegangan dengan spontan Meli sedikit menggombali masker man. Gombalan itu sama sekali tak berpengaruh malah semakin membuat maker man menatapnya tajam.  Meli berfikir keras apa lagi yang bisa mencairkan suasana.
“ga usah mikir gimana cairin suasana. Mending duduk pesen makan, gue traktir deh” dengan wajah datar Meli mengikuti masker man, dan terus berfikir mengapa dia bisa tau apa yang difikirkannya. Tapi Meli tak memusingkannya setelah melihat banyak gambar makanan yang tesedia di menu. Meli kembali berfikir memesan makanan sebanyak-banyaknya agar masker man tidak mampu membayar.
“udah makan aja tuh makanan ga usah mikir ngerjain gue sama curigaan gitu” celetuknya yang melihat meli hanya diam melihat banyak makanan yang ada di depannya.  
“eh siapa sih lu sebenarnya, semua yang gue fikirin lu tau?” tanya Meli sambil melahap habis makanan didepannya.
“denger baik-baik yaa. Gue itu malaikat yang diturunkan secara spesial karna ada seorang putri yang meminta . tapi sayangnya Cuma buat 100 hari doang”
“ha? Huk,,hukk ah ngelawak lu” tersedak seketika Meli “eh hati-hati kalo makan gak usah gerogi gitu liat malaikat secakep gue”. Pd banget nih cowok idih, yaudalah yang penting gue dapet traktiran malem ini. Ucap meli bahagia dalam hatinya.
Selama mereka makan, Meli terus saja bercerita tentang kehidupannya yang seperti roda mobil dengan kecepatan 190km/jam. Tak jarang masker man juga memberikannya berbagai motivasi kehidupan dalam bentuk candaan. Semenjak itu, Meli mulai kembali menemui sedikit demi sedikit gairah hidupnya.
***
“Non Meli..?” panggil bibik dengan lembut dan bersahaja
“iya bik?” Meli mengaharapkan bibik tidak menegurnya tentang peristiwa bodoh yang terjadi disekolahnya tadi. “ada apa ya bik?” wajah Meli terlihat sedikit tegang dengan pandangan yang terunduk dan jantung yang deg-degan. “bantuin bibik buat kue yuk. Itupun kalau non ga males”. Lega seketika perasaaan Meli dalam hatinya.
“Eitss, Meli mau kok bik. Bagaimana kalau besok kuenya Meli jual di sekolah bik.?” Tawar Meli senyum-senyum. “gausah ah, nanti non meli yang cantik ini malu.” Ucap mbok sedikit menggoda. “loh, kenapa mesti malu bik, meli kan jualan bukannya maling, kalo Meli catwalk sambil bugil itu baru malu. lagian jualan kue juga halalkan. Jadi ga ada alasan Meli buat malu. Ayok buat bik.” entah setan apa yang telah merasukinya saat itu . yang jelas berkat perkataanya seketika air mata bibik jatuh karna terharu akan ucapan anak majikannya itu. “andai tuan masih hidup dan nyonya sehat pasti mereka bangga dengan non Meli yang telah berubah sekarang” ucap bibik haru dalam hatinya.
Setelah membuat kue tak lupa Meli melihat keadaan bundanya teridur lelap  yang belum ada perubahan juga. Ia melihat bundnya memegangi foto ayah dan dirinya, kembali meneteslah air mata itu. Namun  Meli bergegas kembali ke kamarnya dengan serius ia mulai membaca buku-buku pelajarannya yang begitu mulus, karna tak pernah dibaca sekalipun. Bahkan hingga jam menunjuk ke angka tiga Meli bukan tidur tapi sholat tahajud dan mengaji. Sungguh hal yang perubahan yang sangat drastis.
            Begitu semangat Meli pagi itu, entah hantu apa lagi kali ini yang merasukinya. Disekolah Meli pergi seperti biasa yang membedakan hanya membawa sebakul rantang yang berisikan kue penyambung kehidupan. Semua orang memperhatikan Meli membawa rantang itu. Tapi dia mengacuhkan semua seakan tidak ada orang. Sebelum ke kelas Meli memilih ke kantin, bukan untuk jajan menghabiskan uang. Tapi melihat sahabat barunya Lala.
            “hei,, sahabat baruku. Apa kabarmu hari ini? Btw nanti bantuin aku jualan ya” ucap meli mencairkan suasana yang sedikit canggung dengan menepuk-nepuk kecil punggung Lala. “hah?Ga salah denger nih gue? Kerasukan setan apa lu mel, mau jualan bawa rantang lagi?” tanya Lala terheran-heran dengan sahabat barunya yang sangat berubah dratis. Meli tidak menjawab dan menarik tangan sahabatnya untuk masuk ke kelas.  
            “eh, mel hari ini ulangan loh. Udah belajar belum?” tanya Lala dengan nada memperingatkan “ih,,” belum sempat menajawab wanita tua berjilbab masuk dengan tiba-tiba dengan membawa spidol yang siap untuk menjadi perantara tulisan ilmu dan penggaris sebagai perantara rasa sakit bagi siswa yang nakal.
            “oke, kelurakan kertas selembar, handpone letakan diatas meja saya, berani nyontek kertas ulangan kalian berakhir di kotak sampah” tegas guru killer tua tersebut. “kali ini pasti kertas Meli lagi yang di sobek dan dimarahi” bisik-bisik anak satu kelasnya. “udah mel gak usah di dengerin. Optimis!” ucap Lala menyemangati.
            Berbagai  cara dilakukan tania, pat dan cat untuk menjebak Meli lagi dalam ulangan kali ini. Tapi sayangnya semua gagal total karna pertolongan dari masker man. Dan Meli menjadi siswa pertama yang menyelesaikan ulangan hari itu dengan nilai 100. Malah tania,pat dan cat terjebak dalam permainanya sendiri.
            “patria,cathrin, tania maju sekarang!!” tegas ibu killer tersebut sambil memegangi penggaris.
            “lah kenapa buk?” tanya Cathrin dengan nada sombongnya
            “pake nanya lagi, ibu sudah tau sekarang seorang pria ber makser yang menceritakannya. Kalian kan dalang yang selalu menjebak Meli hingga membuatnya selalu dihukum. Sekarang untuk memberitahu kalian kalau karma itu ada, kalian bersihkan wc sekolah samapai bersih! Ayo cepat sekarang, atau penggaris ini yang akan menyelesaikan”. Mereka bertiga berlari ketakutan dan memebersihkan wc sambil menyalahkan satu sama lain. Dan akhirnya bertengkar hebat.
            Kringgg....!!! bel pertanda jam istirahat berbunyi. Ini saatnya Lala dan Meli berjualan kue di kantin. 5 menit berlalu tetap saja jualan Meli tak ada yang membeli. Samapai masker man datang dan membawa rantang kue tersebut tanpa izin. “eh masker man pencuriii balikin jualan guee.!” Teriak Meli sambil berlarian ditengah lapangan menegjar maskerman. “eh model sosmed, lihat baik-baik dan jangan terkejut. Ayo ayo semua kesini beli kue Meli, beli kue ini gratis foto sama gue sepuasnya.” Promosi masker man, sambil membuka maskernya. Benar saja wajah masker man memang terlihat seperti malaikat. Berbondong-bondong anak perempuan satu sekolahan membeli kue Meli. Dan masker man sibuk dengan menjadi model gratisan sehari. Berkat  masker man juaan Meli habis ludes, semenjak Meli berjualan banyak artikel yang muncul membicarakan dirinya.
             “damn!! Ngelamun aja nih malaikat satu.” Kejut Meli Sambil duduk dan memberikan kaleng minuman saat pulang sekolah, sebagai tanda terima kasihnya.
            “eh elu mel gak pulang?, capek banget gue nih ngelayanin tu cewek-cewek minta foto. Elu mah enak jualan ludes, gue yang nanggung.” Ucapnya dengan nada capuran bercanda dan kesal. “udah ah, gak usah sok ngeluh, bilang aja pengen nambah lagi” kata lala sambil menepuk halus punggung masker man. “ eh kok pake masker lagi sih, kece lagi kalo lepas. Gue aja sampe kelepek-kelepek hahaha” ucap Meli sambil mencoba membuka masker masker man. Disambut tangan masker man yang juga memegangi tangan Melisa, mereka hanya saling berpandangan seakan orang yang jatuh cinta. “damn!! Hayooo lagi ngapain?”  kejut Lala sambil menepuk bahu kedua temannya. “apaan sih la? Yaudah kita pulang yuk. Makasih ya sekali lagi” Melisa terlihat sangat canggung dan salah tingkah saat itu. Dia pulang dengan wajah yang memerah seperti kepiting rebus ditambah Lala terua menggodanya sepanjang jalan pulang.
            Setibanya dirumah, ada sebuah mobil mewah yang terparkir jelas di depan rumahnya. Ternyata itu mobil pak  Punjabi seorang produser terkenal yang mengajak Meli untuk bekerja sama dalam sebuah produksi film.
Betapa senang Meli saat itu, tetapi ia memillih untuk berdiskusi dahulu “gimana bik? Terima enggak? Nanti yang bantu bibik ngurus bunda siapa?” tanpa bibik menjawab, bunda Meli keluar dari kamarnya dan menandatangani surat kontrak itu. Sungguh keajaiban yang tak disangka, bunda Meli mulai menemui keikhlasannya dan berangsur sembuh. Suasana haru bahagia menyelimuti seketika.
***
“cie udah jadi artis sekarang, masuk 3 nominasi sekaligus dalam festival film” ejek Lala bahagia “ih apaan sih lak, masih anak bawang gue mah. Masih banyak pemain film yang lebih baik dan berbakat dari aku” ucap Meli sedikit merendah.
“eh ngomong-ngomong ke festival film ntar ngajakin siapa? Gue ya hehe?
“hm males ah ngajakin lu, ntar banyak yang ngajakin main film lagi kalah tenar gue wkwk. Ajak siapa ya? Bingung gue”
“gimana ajak masker man lu aja. Dia mau pasti, temuin aja sekarang tadi gue liat dia lagi di bawah batang deket rumah lama lu. Temuin aja” klik bunyi telfon langsung dimatikan oleh lala. Malu-malu tapi mau, Meli menyusuri jalan menuju rumah lamanya. Dengan trik klasik Meli berpura-pura tabrakan dengan masker agar dapat memulai pembicaraan.
“a,,,hmm,, gue mau minta tolong nih?’ ucap Meli begitu gugupnya.
“eits, gue udah tau. Maaf gue sibuk minta temenin yang lain aja” ucap masker man dengan datarnya sambil beranjak pergi dan tersenyum kecil. “dasar nih cowok, nolak pergi sama aktris kayak gue” ucapnya geram dalam hati. “eh,, lu cowok jual mahal kok bisa tau apa yang gue pengen? Apa lu bener-bener mata-mata?”
“udah gue bilang gue itu malaikat“ teriak masker man sambil terus berjalan.
Ketika malam festival itu, masker man  diingatkan oleh seseorang jikalau waktunya dibumi menjadi seorang malaikat habis tengah malam nanti tepat jam 12 malam.
“tok,,,tokk,,,  Mel kelur,, lu bilang mau ke festival film bareng gue?”masker man mengetuk pintu berkali-kali karna tak ingin kesempatan terakhirnya.
“bentar bentar?” ucap Meli sambil membuka pintu.
“omg masker man, yaudah ayok gue udah siap.” Sambil memberikan tangannya agar digandeng “yaudah ayok” langsung berjalan dan  mnegabaikan tangan Meli “heiii,,, masker man kaku banget sih lu gandengan kek!”  masker man tetap berjalan tak menghiraukan sama sekali, dengan wajah kesal Meli tetap berjalan juga mau tak mau, dari pada tidak ada pasangan pergi kesana.
Setibanya di tempat festival film masker man melakukan hal yang begitu romantis yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Dalam festival itu Meli memenangkan 3 festival sekligus.  Dalam patah kata yang disampaikannya hadirlah bunda dan bibinya dari belakang paggung hal itu membuat hampir seluruh tamu undangan menangis. Karna kisah hidup Meli yang begitu menyentuh, seorang penulis berniat menjadikannya sebuah buku.
Selesai acara Masker man menarik Meli ke dalam mobilnya dan mengajak meli mengahbiskan beberapa jam waktu yang tersisa.
“Mel ini hari terakhir gue ada di sisi lu, jadi lakuin ungkapin apa aja yang lu pengen” ucapnya sambil menatap Meli dengan penuh arti. Saat mereka disebuah rooftof gedung masker man, mengungap semua rahasianya.
“ah, apaan sih lu mau kemana mati lu?” ucap Meli tak mempercayaiucapan masker man. “ denger baik baik ya Mel gue itu malaikat yang diturunin buat negelindungin lu  dalam 100 hari sesauai make wish lu pas ulang tahun kemarin. Inget ga?”
Terdiam sejenak Meli sambil mengingat-ingat kejadian itu. “beneran masker man? Apa aku bisa mempercayaimu saat ini”
“bener mel, sekarang waktu gue tinggal beberapa menit. Sebelum itu berakhir gue pengen ngungkapin kalo gue sayang sama lu. Makasih buat semua, jangan pernah berubah. Terus berkarnya” ucap masker man sambil memegang tangan Meli erat. Menetes seketika air mata Meli. Meli tak mampu berkata-kata, masker man hanya memeluk tubuh Meli erat “jangan lepaskan pelukan ini. Jika kamu lepaskan aku benar-benar tidak akan kembali. Sekarangapa yang akan kamu lakukan?” Meli tak bergerak dari pelukan masker man. “ kalau begitu ini waktunya. Ingat terus saat ini dan perhatikan baik-baik” dengan sekejap masker man menghilang begitu saja dari pelukan Meli. Duduk dan tertunduk sejenak Meli, dengan air mata yang berlingan dan air hujan yang terus berjatuhan menguyur tubuhnya. Malam itu malam yang paling dibenci olehnya, kehilangan seseorang yang dicintainya. Bahkan dia tak sempat mengatakan perasaan dan menegerahui nama aslinya.
Selepas kejadian itu Meli tetap menjalani kehidupannya seperti biasa bersama bibik dan bundanya yang dinyatakan sehat, juga telah kembali terjuan dalam dunia bisnis yang menguntungkan.  Meli juga terus menyimpan semua kenangan bersama masker man. Meli semakin maju dan semakin banyak berkarya, Dia telah menyelesaikan  sekolahnya dengan nilai terbaik. Buku tentang kisah hidupnya juga menjadi best seller dan digemari banyak orang. Bahkan dalam proses menjadi sebuah film.
“Dia benar malaikat untuk seratus hari yang berhasil mengubah hidupku dan hatiku” ucap Meli di tempat terakhir ia bertemu masker man.

-----TAMAT-----

SINOPSIS CERPEN:
Cerpen ini berisikan kejatuhan seorang remaja yang bernama Meli. Dihari ulang tahunnya dia membuat permohonan seorang malaikat saat kejatuhannya. Namun yang terjadi malah ayahnya meninggal karna kebangkrutan, bundanya menjadi gila karna itu. Teman-teman bermainnya juga menjauh. Tinggal di rumah kecil yang seukuran kamar mandi rumahnya dulu. Disekolah pun Meli dibully dan dikerjai selalu oleh temannya. Namun semua berubah seketika ketikaseorang malaikat datang dan merubah semua kehidupannya dalam 100 hari. Tetapi malaikat yang Meli cintai harus kembali karna tugasnya selesai. Disitulah Meli berani untuk tidak terpuruk lagi dan terus melangkah maju.


upload by : Nada Nabilah
Instagram : @Nadanabilahh_
Ask.fm     : @Nada2905

Comments